Daftar Blog Saya

Jumat, 01 Juli 2011

UTEROTONIKA, OKSITOSIK

THE BANG'ZT

OKSITOSIK/ UTEROTONIKA
  • Oksitosik atau uterotonika adalah obat yang merangsang kontraksi uterus
Oksitosik yang efektif:
  • Oksitosin dan derivatnya
  • Alkaloid ergot dan derivatnya
  • Prostaglandin semisintetik
Respon terhadap uterus bertingkat → mulai kontraksi uterus , ritmis sampai tetani
Anatomi Fisiologi Uterus
  • Uterus disarafi oleh: saraf kolinergik dari saraf pelvik dan saraf adrenegik dari ganglion hipogastrik
  • Respon uterus berbeda tergantung: spesies, pubertas (makin dewasa makin nyata), hamil (makin aterm makin nyata)
  • Mineral yang berpengaruh adalah: Na dan Ca
Alkaloid Ergot
  • Sumber: jamur gandum Clavicus purpurea
  • Ergot mengandung: alkaloid ergot dan zat lain ( karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, amin, basa amonium kuaterner)
  • Keracunan ergot dapat menyebabkan → abortus
  • Batas kontaminasi gandum oleh ergot adalah: < 0,3%
  • Alkaloid pertama yang ditemukan adalah: ergotoksin → merupakan campuran: ergokristin, ergokornin, alfa ergokriptin dan beta ergokriptin
  • Ergotamin → senyawa paling kuat
Farmakokinetik Ergot
  • Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna
  • Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam
  • Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma → 2 kali lipat
  • Dosis ergotamin IM → 1/10 dosis oral → absorbsi di tempat suntikan lambat →reaksi perlu waktu 20 menit
  • Dosis ergotamin IV → ½ dosis IM → efek perangsangan uterus setelah 5 menit
  • Ekskresi ergotamin melalui: empedu → sedikit yang melalui urine
  • Pada pemberian oral → bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd ergotamin, dan dieliminasi lebih lambat
Macam Alkaloid ergot:
  • Ergotamin (alkaloid asam amino)
  • Dihidroergotamin (dehidro alkaloid asam amino)
  • Ergonovin (alkaloid amin)
Efek pada uterus:
  • Semua alkaloid ergot → meningkatkan kontraksi uterus secara nyata
  • Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani
  • Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan
  • Sediaaan ergot paling kuat: ergonovin

Efek Kardiovaskuler:
  • Menyebabkan vasokontriksi perifer
  • Pembendungan dan trombosis pada gangren dapat terjadi akibat vasokontriksi
  • Efek paling kuat: ergotamin, sedang (dihidroergotamin), tidak berefek (dihidroergotoksin)

Efek Arkaloid Ergot


Efek Samping Ergot
  • Toksik → keracunan akut dan kronik
  • Paling toksik → ergotamin
  • Gx keracunan: mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat, bingung dan tidak sadar
  • Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg parenteral
  • Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah
  • Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas
Indikasi Ergot
  • Uterotonika dan pengobatan Migren
  • Migren → etiologinya multifaktor (emosi, stress fisik, diet, hormonal)
  • Pemberian analgesik perlu dicoba dulu sebelum ergotamin (toksik)
  • Ergotamin menghilangkan 95% migren dan 15% sakit kepala lainya
  • Dosis: 0,25-0,5 mg SK atau IM
Kontraindikasi Ergot
  • Dapat menyebabkan gangren → tidak boleh diberikan pada penderita:
  • Sepsis
  • Penyakit pembuluh darah (arterosklerosis)
  • Penyakit pembuluh darah koroner
  • Tromboflebitis
  • Penyakit hati dan ginjal
Sediaan Ergot
  • Ergotamin tatrat:
  • Tablet oral 1 mg
  • Tablet sublingual 2 mg
  • Injeksi 0,5 mg/ml ampul 1ml
Ergonovin maleat:
  • Tablet oral 0,2 mg
  • Injeksi 0,2 mg/ml
Metilergonovin maleat (Methergin)
  • Tablet oral 0,2 mg
  • Injeksi 0,2 mg/ml
Metisergid maleat
  • Tablet oral 2 mg

Ergotarmin tartrat
  • Supositoria 1-2mg dengan kofein 100mg
OKSITOSIN DAN EKSTRAK HIPOFISIS POSTERIOR
  • Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae → selektif dan cukup kuat
  • Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan oksitosin
  • Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan
Farmakologi Oksitosin
Efek pada Uterus:
  • Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus
  • Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun
  • Uterus imatur kurang peka thd oksitosin
  • Infus oksitoksin perlu diamati → menghindari tetani → respon uterus meningkat 8 x lipat pada usia kehamilan 39 minggu
Efek pada mamae:
  • Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel → susu mengalir (ejeksi susu)
  • Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan
Efek Kardiovaskuler:
  • Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)
  • Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke ekstremitas menurun, takikardi dan curah jantung menurun
Farmakokinetik Oksitosin
  • Hasil baik pada pemakaian parenteral
  • Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut → Efektif untuk pemberian tablet isap
  • Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil aminopeptidase → berfungsi mengaktifkan oksitoksin → enzim tersebut berkurang setelah melahirkan, diduga dibuat oleh plasenta
Sediaan Oksitosin
  • Injeksi Oksitosin (Pitosin) 10 unit USP/ml IM atau IV
  • Semua sediaan sintetis, yang alam mahal
  • Semprot hidung: 40 unit USP/ml
  • Tablet sublingual: 200 unit USP
PROSTAGLANDIN
  • Ditemukan dalam ovarium, miometrium, darah mens
  • Post coitus juga ditemukan prostaglandin di vagina
  • Jenis prostaglandin adalah: PGE dan PGF
  • PGF → merangsang uterus hamil dan tidak hamil
  • PGE → merelaksasi uterus tidak hamil, dan merangsang kontraksi uterus hamil
Sediaan Prostaglandin
  • Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
  • Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
  • Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
  • Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV
Indikasi Prostaglandin
  • Induksi partus aterm
  • Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
  • Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
  • Induksi abortus terapeutik
  • Uji oksitosin
  • Menghilangkan pembengkakan mamae
OKSITOSIN

Farmakokinetik:
  • Absorpsi: baik lewat mukosa hidung
  • Distribusi: PP rendah
  • Metabolisme: t ½ 1 – 9 menit
  • Eliminasi: ginjal
Farmakodinamik:
  • IM: mula 3 – 5 menit, P: TD, L: 2 – 3 jam
  • IV: M: segera, P: TD, L: 1 jam
  • Inhal: M: menit, P: TD, L: 20 menit
  • Efek terapeutik: induksi persalianan, mengeluarkan ASI
  • Efek samping: hipo/hipertensi, mual, muntah, konstipasi, berkurangnya aliran darah uterus, ruam kulit, anoreksia
  • Reaksi merugikan: kejang, intoksikasi air, perdarahan intrakranial, disritmia, asfiksia, janin: ikterus, hipoksia
  • Kontraindikasi: toksemia, disproporsi sefalofelfik, distres janin, hipersensitivitas, persalianan non vaginal yg telah diantisipasi, kehamilan (intranasal)
  • Interaksi: vasopresor, anestetik siklopropan
PROSES KEPERAWATAN OKSITOSIN

Pengkajian
  • Kaji data dasar sebelum infus: nadi, TD, aktivitas uterus, DJJ
  • Ergonovin dan metilergonovin dapat menyebabkan vasokontriksi → hipertensi
  • Resiko trombosis jika berbaring setelah post partum
Intervensi
  • Sediakan magnesium sulfat → mengantisipasi hipertonisitas, juga O2
  • Awasi tanda ruptur uteri (sangat jarang) yang berupa tambahnya rasa nyeri mendadak, kontraksi hilang, DJJ hilang, perdarahan, syok hipovolemik yang sangat cepat
Penyuluhan
  • Obat diberikan per infus (drip) untuk menyesuaikan dosis
  • Akan merasakan kram perut, juga efek analgesik
  • Jangan merokok → meningkatkan vasokonstriksi
  • Menurunkan prolaktin → menghambat laktasi (ergonovin, metilergonovin)
Referensi
  1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

ANTI MIKROBA, ANTI VIRUS, ANTI KANKER

THE BANG'ZT


Apa Itu Anti Mikroba?
  • AM → obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia
  • Antibiotik → zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat membasmi mikroba jenis lain
  • Saat ini banyak AB dibuat secara semi sintetik atau sintetik penuh
  • AB diharapkan mempunyai toksisitas selektif tinggi → artinya sangat toksik bagi mikroba tapi sangat tidak toksik bagi hostpes
Aktivitas Anti Mikroba
  • Aktivitas bakteriostatik: AM yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba
  • Aktivitas bakteriosid: AM yang bersifat membunuh mikroba
  • Kadar Hambat Minimal (KHM): kadar minimal yang diperlukan AM untuk menghambat pertumbuhan mikroba
  • Kadar Bunuh Minimal (KBM): kadar minimal yang diperlukan AM untuk membunuh mikroba
Spektrum Anti Mikroba
  • AM spektrum sempit → AM yang efektif untuk beberapa mikroba saja, misal: penisillin (gram positif) dan streptomisin (gram negatif)
  • AM spektrum luas → AM yang efektif untuk banyak mikroba, misal: tetrasiklin (gram pos, gram neg, riketsia, chlamidya), kloramfenikol (gram negatif, riketsia, klamidia, treponema)
Mekanisme Kerja Antimikroba
  • Mengganggu metabolisme sel mikroba
Contohya: Sulfonamid, trimetropin, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulton
  • Menghambat sintesis dinding sel mikroba
Contoh: penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin
  • Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
Contohnya: polimiksin, golongan polien, antiseptik
  • Menghambat sintesis protein sel mikroba
Cohtohnya: aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol
  • Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
Contohnya: rifampisin, golongan kuinolon

Resistensi Antimikroba
  • Resistensi (kebal) AM → suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh AM
  • Sifat ini merupakan mekanisme alamiah untuk bertahan hidup mikroba
Efek Samping Antimikroba
Reaksi Alergi →
  • Dianggap sebagai antigen
  • Reaksi tubuh hipersensitivitas
  • Tidak tergantung dosis obat
  • Gejala bervariasi
Reaksi Idiosinkrasi →
  • Reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik
  • Contoh → pemberian primaquin pada suku negro akan menyebakan anemia hemolitik akibat kurangnya enzim G6PD
Reaksi Toksik
  • Umumnya toksik selektif (relatif)
  • Relatif tidak toksik → penisilin
  • Aminoglikoside → toksik thd n. octavus
  • Tetrasiklin → toksik pertumbuhan tulang, gigi, hepatotoksik
Faktor Superinfeksi
  • Adanya faktor/penyakit yang mengurangi daya tahan pasien
  • Pengunaan AM yang lama
  • Luasnya spectrum AM
Tindakan superinfeksi:
  • Stop AM
  • Biakan penyebab superinfeksi
  • Memberi AM yang sesuai thd superinfeksi
Sebab Kegagalan Infeksi
  • Dosis yang kurang
  • Masa terapi yang kurang
  • Adanya faktor mekanik: abses, benda asing, jaringan nekrotik, sekuester tulang, batu saluran kemih, mukus yang banyak → prinsip harus dihilangkan
  • Kesalahan etiologi: AM efektif untuk bakteri →tidak efektif untuk: virus, jamur, parasit
  • Faktor farmakokinetik: tidak semua bagian tubuh dapat ditembus oleh obat
  • Pilihan AM yang kurang tepat
  • Faktor pasien: KU jelek, ketahanan menurun, gizi jelek
Penggunaan Antimikroba
  • Gambaran klinik penyakit infeksi
  • Penyakit infeksi ringan tidak perlu AM segera → memberi kesempatan Host untuk merangsang mekanisme kekebalan
  • Gejala deman tidak selalu disebabkan mikroba → dapat oleh virus, jamur, parasit, reaksi obat
  • AM hanya diperlukan pada infeksi yang telah berjalan beberapa hari dan cenderung memburuk
  • Memilih AM berspektrum luas tidak dibenarkan → hasil belum tentu lebih efektif daripada spektrum kecil
  • AM generasi ke3: sepalosporin, fluoroquinolin, aminoglikosida → sebaiknya tidak digunakan rutin
  • Kondisi pasien perlu dipertimbangkan, misal penyakit ginjal, hati hindari tetrasiklin
Macam Antibiotik
  • Golongan Penicilin: Benzatin Penisilin (Penisilin G), Fenoksimetil Penisilin (Penisilin V), metisilin, Nafsilin, Oksasilin, Kloksasilin, Dikloksasilin, Flukloksasilin, Ampisilin, Amoksilin, Karbenisilin, Tikarsilin, Aziosilin, Meziosilin, Piperasilin
  • Sulfonamid dan Kotrimoksasol
  • Antiseptik saluran kemih: Metanamin, Asam nalidiksat, Nitrofurantoin
  • Tuberkulostatik: Streptomisin, Isoniazid, Rifampisin, Etambutol, Pirazinamid, PAS, Sikloserin, Kanamisin, Kapreomisin, Etionamid
  • Leprostatik: Sulfon, Rifampisin, Klozamisin, Amitiozon,
  • Sefalosporin:
  • Generasi 1: Sefolotin, Sefapirin, Sefazolin, Sefaleksin, Sefradin, Sefadroksil
  • Generasi 2: Sefamandol, Sefoksitin, Sefaklor, Sefuroksim, sefonisid, Seforanid
  • Generasi 3: Sefotaksim, Moksalaktam, Sefriakson, Sefoperazon
  • Betalaktam: Aztreonam, Asam Klavulanat, Sulbaktam, Dinatrium Tikarsilin/Kalium Klavulanat, Natrium Ampisilin/Natrium Sulbaktam
  • Tetrasiklin: Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, Tetrasiklin, Demekloksiklin, Doksisiklin, Minosiklin
  • Kloramfenikol: Kloramfenikol, Tiamfenikol
  • Aminoglikoside: Streptomisin, Gentamisin, Kanamisin, Amikasin, Tobramisin, Netilmisin, Neomisin,
  • Eritromisin dan Makrolit
  • Linkomisin dan Klindamisin
  • Polimiksin
  • Basitrasin
  • Natrium Fusidat
  • Mupirosin
  • Spektinomisin
  • Vankomisin
  • Golongan Kuinolon
ANTI VIRUS
  • Amantadin: mengambat proses perakitan virus Influenza A
  • Asiklovir: menghambat DNA polimerase virus → khusus virus Herpes
  • Gansiklovir: mekanisme belum jelas → untuk CMV (Cyto Megalo Virus) →virus Herpes
  • Ribavirin: menghambat virus saluran nafas: Virus Influenza A dan B
  • Zidovudin: Azidotimidin → sebagai inhibitor kompetitif reverse transcriptase dari HIV dan Retrovirus
  • Idoksuridin: mengalami fosforilasi dan masuk ke DNA sel → untuk Virus herpes dan pox
  • Inosipleks: Inosine pranobex → sebagai imunomodulator
ANTI KANKER
  • Kanker: adalah penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme multiseluler
  • Sifat: tumbuh berlebih (tumor), invasif, metastatik, hereditas, pergeseran metabolisme: pembentukan makromolekul dari nukleosida dan asam amino, serta peningkatan katabolisme KH untuk energi sel
  • Obat antikanker sangat spesialistik →batas keamananya begitu sempit, sehingga hanya dibenarkan digunakan oleh dokter ahli saja
  • Penggunaan yang kurang cermat, hanya menambah penderitaan dan pemborosan biaya saja
Golongan Obat Anti Kanker
  • Cell Cycle Specific (CCS) → memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase tertentu dari siklus sel
Contoh: Vinkristin, Vinblastin, Merkaptopurin, Hidroksiuria, Metotreksat, Asparaginase
  • Cell Cycle Non Specific (CCNS)
Contoh: Alkilator, Antibiotik antikanker (Daktinomisin, Daunorubisin, Doksorubisin, Plikamisin, Mitomisisn), Sisplatin, Prokarbazin, Nitrosourea
  • Alkilator → pembentukan ion karbonium yang sangat reaktif pada perusakan fungsi DNA
Contoh: Makloretamin, Siklofosfamid, Mustar Urasil, Trietilin melamin, busulfan, Karmustin
  • Anti Metabolit → menghambat sintesis DNA sel kanker
Contoh: S-fluorourasil, Sitarabin, 6-Merkaptopurin, Metotreksat
  • Produk alamiah: Vinblastin (VLB), Vinkristin (VCR), Daktinomisin, Mitomisin, L-asparaginase
  • Hormon: Prednison, Progestin, Estrogen, Androgen
  • Isotop Radioaktif: Fosfor dan Iodium
Efek Anti Kanker
  • Mengganggu Hemopoetik dan gastroiintestinal: Lekopenia, trombositopenia, anemia; Anoreksia, mual, muntah, diare, stomatitis aftosa
  • Kulit: eritema, urtikaria, erupsi makulopapular, sindrome Stevens Johnson
  • Menyebabkan Nepropati hiperuresemik, Gagal Ginjal
Efek Non Terapi
  • Bersifat Teratogenik pada binatang → jangan diberikan pada kehamilan trimester1
Imunosupressan
  • Obat yang menekan respon imune
  • Digunakan pada tensplantasi Organ (ginjal, hati, kulit, kornea, jantung)
  • Contoh: prednison, vinkristin, siklofospamid, Azatioprin, Metotreksat, Siklosporin
Referensi
  1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

LABEL DAN DOSIS OBAT

THE BANG'ZT


LABEL DAN DOSIS OBAT

Label Obat berisi:
  • Nama dagang / generik
  • Nama , alamat pabrik
  • Komposisi
  • Aturan pakai
  • No. registrasi: contoh : Depkes RI : DTL 123456789012 ( 15 digit )
  • No.batch / kode produksi
  • Expired date / kadaluwarsa

Penggolongan Obat



Label Obat Daftar W






Penyimpanan Obat
  • Ruang penyimpanan : aman (bebas serangga), sirkulasi udara baik, suhu (sejuk), terhindar dari matahari
  • Tata ruang : mudah bergerak
  • Tersedia palet, rak, almari khusus, almari pendingin
  • Alat pemadam kebakaran
  • Penumpukan (kerusakan fisik)
Kebersihan ruangan
  • Semua obat harus disimpan dengan baik dalam wadah dan tutup yg memenuhi syarat
  • Label jelas, nama obat dapat dibaca dengan jelas
  • Obat tanpa etiket/label dan diragukan isinya lebih baik dibuang
  • Simpan obat sesuai petunjuk pd label (ditempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung)
Penyusunan Obat
  • Prinsip FIFO ; FEFO
  • Obat kemasan besar diletakkan di palet
  • Obat kemasan kecil disusun di rak
  • Narkotik-psikotropik di almari khusus
  • Vaksin, suppositoria di almari pendingin
  • Disusun dan dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan obat (syrup, tablet, obat luar, alkes habis pakai, alat kontrasepsi)
  • Disusun secara alphabetis
  • Cantumkan nama obat pada kartu stok, letakkan dekat bahan obatnya
  • Obat expired date dipisahkan tersendiri
Pengamatan Mutu
  • Tablet: perubahan warna, bau , rasa, lembab
  • Tablet salut: pecah, lengket, rusak
  • Kapsul: lengket, terbuka, perubahan warna pada cangkang
  • Salep: berubah warna, bintik2, wadah rusak, perubahan bau (tengik)
  • Cairan: berubah warna,perubahan kekentalan
  • Injeksi: warna berubah, endapan keruh, wadah rusak, bocor
  • Pengujian laboratorium
Pemberian Obat
  • 4T1W: Tepat (obat, dosis, sasaran, manfaat), Waspada (efek samping)
  • Etiket: nama pasien, tanggal, no, aturan pakai, instruksi lainnya
  • Pastikan sendok yg digunakan: sendok teh (Cth) : 5 cc, sendok makan (C) : 15 cc
  • Berikan penjelasan kepada pasien tentang: cara pemakaian/minum obat, kegunaan obat, penyimpanan serta kemungkinan efek samping obat.
Pencatatan dan Pelaporan
  • Sarana Pencatatan dan Pelaporan
  • Kartu stok
  • Mengetahui ketersediaan obat,
  • Mengetahui kekosongan/kelebihan obat
  • Mengetahui trend penggunaan obat
  • Sebagai alat untuk pelaporan
  • Catatan harian pemakaian/pengeluaran obat
  • Lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)
  • Daftar obat rusak/kadaluarsa
Pemesanan Obat
  • Hitung kebutuhan obat rata2 / bulan
  • Catat frekuensi pengiriman
  • Tentukan faktor pemesanan ulang
  • 3 bila dikirim perbulan
  • 5 bila dikirim setiap 2 bulan
  • 7 bila dikirim setiap 3 bulan
  • 9 bila dikirim setiap 4 bulan
  • Contoh : kebutuhan amoksilin tiap bulan: 3 botol bila pemesanan dikirim tiap 3 bulan → faktor pemesanan 7, jadi jumlah pemesanan ulang: 3x7 = 21 botol
Dosis Obat
  • Dosis obat: jumlah obat yang diberikan kepada penderita
Macam dosis:
Dosis dalam satuan berat (gram, mg, mikrogram)
Dosis dalam satuan isi (ml)
Dosis dalam satuan unit (International Unit)

Macam Dosis:
  • Dosis medicinalis = dosis terapeutik = dosis lazim
  • Dosis permulaan = initial dose
  • Dosis pemeliharaan = maintenance dose
  • Dosis toxica = dosis sampai terjadi keracunan
  • Dosis letalis = dosis sampai terjadi kematian
Dosis Maksimum
  • DM: dosis tertinggi yang relatif masih aman (dewasa)
  • DM prn: dosis boleh melebihi kalau diperlukan dokter → memakai tanda seru (1 – 2 mg !)
  • DM untuk anak: dihitung khusus
Dosis Anak
  • Dosis anak idealnya berdasarkan BB atau LPT (luas permukaan tubuh)
  • Diperhitungkan dengan DD (dosis dewasa) dengan menggunakan rumus:
Dosis Anak Berdasar Umur
  • Rumus Young: { n / (n + 12)} x DD
  • Rumus Dilling: ( n / 20 ) x DD
  • Rumus Cowlling: { (n+1) / 24 } x DD
  • Rumus Fried: ( m / 150) x DD
Keterangan: n = tahun, m = bulan, DD=dosis dewasa

Dosis Anak Berdasar BB
  • Rumus Clark: ( BB / 70 ) x DD
  • Rumus Augeberger: { (1½ BB+10) / 100 } x DD
Keterangan: BB = BB anak dalam Kg

Dosis Khusus
  • Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase BB tanpa lemak (BBTL)
  • BBTL = BB x (100 - % lemak)
Dosis penderita geriatrik (>65 tahun)
  • Dosis diturunkan ( ± 75 % DD)
  • Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)
Dosis penderita ginjal:
  • Ekskresi obat terganggu → obat lebih lama di peredarah darah
  • Dosis dan interval obat harus diatur
Dosis dari Vial / Ampul:
  • Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan dosis penicillin 150.000 IU dari vial penicillin yang berlabel 600.000 IU/cc?
  • Rumus: dosis diket / dosis tanya = cc diket / cc tanya
  • 600.000/150.000 = 1cc/xcc
  • X = 0,25 cc
Latihan Hitung Dosis
  • Dari suatu vial penicillin bubuk 5 juta IU setiap vial, siapkan larutan yang berisi 500.000 IU/cc
  • Dari suatu larutan streptomisin 1 gram/2cc siapkan dosis 0,5 gram
  • Berapakah diperlukan untuk memberikan dosis penicillin 200.000 IU dari larutan penicillin 500.000 IU/cc?
Dosis Tetesan Infus
  • Infus dewasa (makro) 1 cc = 20 tetes, infus anak (mikro) 1cc = 60 tetes (atau ditentukan lain
  • Rumus: cc/jam → cc/menit → tts/menit
  • Berapa tetes menit harus diberikan pada: bayi 200/3 jam serta dewasa 1500 cc/6jam?
Latihan Dosis Obat
  • Apabila suatu cairan 1800cc dipesankan untuk absorbsi dalam jangka waktu 10 jam, dan drip infus mempunyai ukuran 1cc=15tetes, maka berapakah kecepatan tetesan yang diperlukan?
  • Berapa waktu absorbsi yang diperlukan untuk 500cc cairan iv bila tetesan diatur 20 tetes/menit (drip mempunyai ukuran 1cc=10tetes)?
Persen Dalam Obat Campuran
  • Persen b/b → untuk bahan padat/padat
  • Contoh: Salisilat talk 10%
  • Persen v/v → untuk bahan cair/cair
  • Contoh: Alkohol 70%

  • Persen b/v → untuk obat suntik
  • Contoh: Morphin HCl 1%
  • Persen v/b → untuk cairan – minyak/obat asli
  • Contoh: salep, cream
Peran Perawat
  • Membantu cara minum, cara memasukan obat dengan benar
  • Mengawasi efek samping, alergi
  • Menyimpan, menyiapkan, mengadministrasi obat
  • Pendidikan kesehatan tentang obat

OBAT OTONOMIK

THE BANG'ZT

Apa Itu Obat Otonomik
  • Obat otonomik adalah obat yang mempunyai efek memperbesar/ menghambat aktivitas SSO (simpatik dan parasimpatik)
Macam SSO dan Reseptor
SSO dibagi dua divisi:
  • Sistem parasimpatik: cranio sacral division (ujung saraf mengeluarkan asetilkolin → kolinergik)
  • Sistem simpatik: thoracal lumbar division (ujung saraf mengeluarkan norepineprin (dulu diduga adrenalin → adrenergik)
  • Reseptor adrenergik: alfa (1,2); beta (1,2,3)
  • Reseptor kolinergik: muskarinik, nikotinik
Penggolongan
  1. Parasimpatomimetik atau kolinergik → mempunyai efek seperti asetilkolin (parasimpatik)
  2. Parasimpatolitik atau penghambat/antagonis kolinergik → menghambat efek asetilkolin
  3. Simpatomimetik atau adrenergik → efek seperti norepineprin (simpatik)
  4. Simpatolitik atau penghambat/antagonis adrenergik → menghambat efek norepineprin (mencegah respon pd reseptor)
Kolinergik
  • Kolinergik: merangsang sistem parasimpatis
Ada 2 macam reseptor kolinergik:
  • Reseptor muskarinik: merangsang otot polos dan memperlambat denyut jantung
  • Reseptor nikotinik/ neuromuskular → mempengaruhi otot rangka
Penggolongan Kolinergik
  • Cholinester (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)
  • Cholinesterase inhibitor (eserin, prostigmin, dilsopropil fluorofosfat)
  • Alkaloid yang berkasiat seperti asetikolin (muskarin, pilokarpin, arekolin)
  • Obat kolinergik lain ( metoklopramid, sisaprid)
Farmakodinamik Kolinergik
  • Meningkatkan TD
  • Meningkatkan denyut nadi
  • Meningkatkan kontraksi saluran kemih
  • Meningkatkan peristaltik
  • Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)
  • Konstriksi pupil mata (miosis)
  • Antikolinesterase: meningkatkan tonus otot
Efek Samping
  • Asma bronkial dan ulcus peptikum (kontraindikasi)
  • Iskemia jantung, fibrilasi atrium
  • Toksin; antidotum → atropin dan epineprin
Indikasi
  • Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus, (kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma
  • Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis dan pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
Intoksikasi
  • Efek muskarinik: mata hiperemis, miosis kuat, bronkostriksi, laringospasme, rinitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat berlebih
  • Efek nikotinik: otot rangka lumpuh
  • Efek kelainan sentral: ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh nafas
Alkaloid Tumbuhan
Tumbuhannya:
  • Muskarin (jamur Amanita muscaria),
  • Pilokarpin (Pilocarpus jaborandi dan P.microphyllus)
  • Arekolin (Areca catechu = pinang)
  • Efek umumnya muskarinik
  • Intoksikasi: bingung, koma, konvulsi
  • Indikasi: midriasis (pilokarpin)
Obat Kolinergik Lain
  • Metoklopramid: digunakan untuk memperlancar jalanya kontras radiologik, mencegah dan mengurangi muntah
  • Kontraindikasi: obstruksi, perdarahan, perforasi sal cerna, epilepsi, gangguan ektrapiramidal
  • Sisaprid: untuk refluk gastroesofagial, gangguan mobilitas gaster, dispepsia
  • Efek samping: kolik, diare
Obat Anti Kolinergik
  • Obat parasimpatolitik adalah obat yang menghambat efek kolinergik yang muscarik, tidak efek nikotinik → karena itu juga disebut antimuskarinik/ antagonis kolinergik/ antispasmodik
  • Macam obat antimuskarinik:
  • Alkaloid beladona (atropin)
  • Obat sintetik mirip atropin: homatropin, skopolamin, metantelin, oksifenonium, karamifen, triheksifenidil, ipratropium, pirenzepin
Efek Anti Kolinergik
  • Meningkatkan denyut nadi
  • Mengurangi sekresi mukus
  • Menurunkan peristaltik
  • Meningkatkan retensi urine
  • Dilatasi pupil mata (midriasis)
Atropin
  • Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen
  • SSP → merangsang n.vagus → frekuensi jantung berkurang
  • Mata → midriasis
  • Saluran nafas → mengurangi sekret hidung, mulut, farink dan bronkus
  • Kardiovaskuler → frekuensi berkurang
  • Saluran cerna → antispasmodik (menghambat peristaltik lambung dan usus)
  • Otot polos → dilatasi saluran kemih
  • Eksokrin → saliva, bronkus, keringat → kering
  • Atropin mudah diserap, hati2 untuk tetes mata → masuk hidung → absorbsi sistemik → keracunan
  • Efek samping: mulut kering, gangguan miksi, meteorismus, dimensia, retensio urin, muka merah
  • Gejala keracunan: pusing, mulut kering, tidak dapat menelan, sukar bicara, haus, kabur, midriasis, fotopobia, kulit kering dan panas, demam, jantung tachicardi, TD naik, meteorismus, bising usus hilang, oligouria/anuria, inkoordinasi, eksitasi, bingung, delirium, halusinasi
  • Diagnosis keracunan: gejala sentral, midriasis, kulit merah kering, tachikardi
  • Antidotum keracunan: fisostigmin 2 – 4 mg sc → dapat menghilangkan efek SSP dan anhidrosis
  • Dosis atropin: 0,25 – 1 mg
  • Indikasi: parkinsonisme, menimbulkan midriasis (funduskopi), antispasmodik, mengurangi sekresi lendir sal nafas (rinitis), medikasi preanestetik (mengurangi lendir sal nafas)
Adrenergik
  • Obat simpatomimetik disebut adrenergik/ agonis adrenergik → memulai respon pada tempat reseptor adrenergik
  • Reseptor adrenergik: alfa, beta1 dan beta2
  • Norepineprin dilepaskan oleh ujung saraf simpatis → merangsang reseptor untuk menimbulkan respon

Efek Adrenergik
Alfa1:
  • Meningkatkatkan kontraksi jantung
  • Vasokontriksi: meningkatkan tekanan darah
  • Midriasis: dilatasi pupil mata
  • Kelenjar saliva: pengurangan sekresi
Alfa2:
  • Menghambat pelepasan norepineprin
  • Dilatasi pembuluh darah (hipotensi)
Beta1:
  • Meningkatkan denyut jantung
  • Menguatkan kontraksi
Beta2:
  • Dilatasi bronkiolus
  • Relaksasi peristaltik GI dan uterus
Contoh Obat Adrenergik
  • Epineprin
  • Norepineprin
  • Isoproterenol
  • Dopamin
  • Dobutamin
  • Amfetamin
  • Metamfenamin
  • Efedrin
  • Metoksamin
  • Fenilefrin
  • Mefentermin
  • Metaraminol
  • Fenilpropanolamin
  • Hidroksiamfetamin
  • Etilnorepineprin
Efineprin
  • Absorpsi: peroral tidak efektif , dirusak oleh enzim di usus dan hati, sub kutan lambat karena vasokonstriksi, im cepat
  • Intoksikasi: takut, kawatir, gelisah, tegang, nyeri kepala berdenyut, tremor, lemah, pusing, pucat, sukar nafas, palpitasi
  • Efek samping: takut, kawatir, gelisah, tegang, nyeri kepala berdenyut, tremor, rasa lemah, pusing, pucat, sukar nafas, palpitasi, hipertensi, perdarahan otak, hemiplegia, aritmia dan fibrilasi ventrikel
  • Kontraindikasi: penderita yang dapat alfa bloker non selektif → kerjanya tidak terimbangi pada reseptor alfa pembuluh darah → hipertensi hebat dan perdarahan otak
  • Penggunaan klinis: asma, alergi
Sediaan:
  • Suntikan: lar 1:1000 epi HCl (untuk syok → sk 0,2 – 0,5 ml)
  • Inhalasi: epi 1%, 2% → asma
  • Tetes mata: epi 0,1 – 2%
Obat Simpatolitik
  • Obat simpatolitik adalah obat yang menghambat efek obat simpatomimetik atau penghambat /antagonis adrenergik
Efek Simpatolitik
  • Menurunkan tekanan darah (vasodilatasi)
  • Menurunkan denyut nadi
  • Konstriksi bronkiolus
  • Kontraksi uterus
  • Reseptor adrenergik: alfa1, beta1 dan beta2
Penggolongan Simpatoplegik
Antagonis adrenoseptor alfa (alfa bloker)
  • Alfa bloker non selektif
  • Alfa1 bloker selektif
  • Alfa2 bloker selektif
Antagonis adrenoseptor beta (beta bloker)
Penghambat saraf adrenergik
  • Guanetidin dan guanedrel
  • Reserpin
  • Metirosin
Alfa Blocker
  • Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga menghalangi untuk berinteraksi dengan obat adrenergik atau rangsangan adrenergik
  • Efek vasodilatasi → TD turun, dan terjadi reflek stimulasi jantung
  • Efek samping: hipotensi postural
  • Penggunaan klinis: feokromositoma (tumor anak ginjal → sekresi NE dan epi ke sirkulasi), BPH → menghambat dihidrotestosteron yang merangsang pertumbuhan prostat
Beta Blocker
  • Menghambat secara kompetitif obat adrenergik NE dan Epi (eksogen dan endogen) pada adrenosptor beta
  • Asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol → beta bloker kardioselektif (afinitas lebih tinggi pada reseptor beta1 daripada beta2)
  • Efek: denjut dan kontraksi jantung ↓, TD ↓,
  • Sediaan: propanolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol, bisoprolol, asebutolol, pindolol, nadolol, atenolol
  • Efek samping: gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasme, gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat (infark, aritmia), hipoglikemia, gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia
  • Penggunaan klinis: angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif hipertropik, feokromositoma, tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas
Penghambat Saraf Adrenergik
  • Menghambat aktivitas saraf adrenergik berdasar gangguan sintesis, atau penyimpanan dan pelepasan neurotransmiter di ujung saraf adrenergik
  • Sediaan; guanetidin, guanadrel, reserpin, metirosin

Obat Pelumpuh Otot
  • Obat ini digunakan untuk mengadakan relaksasi otot bergaris (reposisi tulang), atau untuk menangkap binatang buas hidup2
  • Cara kerja: kompetitif antagonis dengan asetilkolin pada reseptor nikotinik di motor end plate
  • Contoh: d-tubocurarine, gallamine, pancuronium, succinilkolin, decametonium, metokurin, vekuronium, atrakurium, alkuronium, heksafluorenium
Referensi
  • Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  • Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  • Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

HIPNOTIK, SEDATIF DAN PSIKOTROPIK

THE BANG'ZT

Hipnotik - Sedatif
  • Hipnotik-sedatif adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan – berat (hilangnya kesadaran, anestesi, koma, mati)
SSP dirangsang ← normal → SSP dihambat
x-----x-----x----x----0-----x-----x------x-----x-----x-----x
mati      excitasi     normal      sedatif         anestetik          mati
      kejang     cerewet     tranquilizer     hipnotik         koma

  • Sedatif digunakan dalam pengobatan cemas
  • Hipnotik digunakan untuk pengobatan insomnia
  • Ada yang berfungsi antikonvulsan: klorazepat, diazepam, fenobarbital)
  • Relaksasi otot: diazepam
Cara Kerja Obat
  • Depresi SSP
  • Menimbulkan toleransi pada penggunaan kronis
  • Potensial menyebabkan ketergantungan psikologis dan fisiologis
  • Tidak memiliki sifat analgesik
Kontraindikasi
  • Hipersensitivitas
  • Koma dan depresi SSP
  • Nyeri berat yang tak terkendali
  • Hamil dan laktasi
Perhatian
  • Hati-hati pada gangguan fungsi; hati, ginjal dan paru
  • Hati-hati pada penderita yang cenderung ingin bunuh diri atau pernah kecanduan obat
  • Penggunaan hipnotik hendaknyaa jangka pendek
  • Pasien lansia dosis rendah
Interaksi
  • Depresi tambah berat jika bersama alkohol, antihistamin, antidrepresan, analgesik opioid, fenotiazin
  • Barbiturat dapat menginduksi enzim metabolisme obat hati dan dapat menurunkan efektifitas obat
  • Jangan diberikan bersama inhibitor MAO (monoamin oksidase): isokarboksazid, fenelzin, tranilsipromin
Penggolongan
  • Antihistamin: difenhidramin, hidroksizin, prometazin
  • Barbiturat: amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital, tiopental
  • Benzodiazepin: alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam, flurazepam, lorazepam
  • Lain-lain: buspiron, kloralhidrat, meprobamat
Implikasi Keperawatan
  • Pantau TD, nadi, nafas pada pemberian IV
  • Penggunaan jangka panjang pantau: depresi, kecenderungan bunuh diri, ketergantungan
  • Insomnia: kaji pola tidur sebelum, dan secara periodik selama terapi
  • Kecemasan: kaji tingkat kecemasan dan sedasi (ataksia, pusing dan bicara tidak jelas) sebelum, dan secara periodik selama terapi
  • Kejang: observasi dan catat intensitas, durasi dan karakteristik kejang, lakukan tindakan kewaspadaan terhadap kejang
  • Spasme otot: kaji spasme otot, nyeri yang menyertai, dan keterbatasan gerak sebelum dan selama terap
  • Gejala putus alkohol: kaji gejal putus obat: tremor, agitasi, delirium, halusinasi
Diagnose Keperawatan Potensial
  • Gangguan pola tidur (indikasi)
  • Risiko tinggi cedera (efek samping)
  • Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan keluarga/pasien)
Implementasi
  • Awasi ambulasi dan perpindahan pasien setelah pemberian dosis hipnotik
  • Buang sigaret
  • Penghalang tempat tidur harus dipasang dan bel panggil harus terus berada dalam jangkauan setiap saat
  • Beri posisi rendah pada tempat tidur
Penyuluhan
  • Mempersiapkan lingkungan untuk tidur: ruang gelap, tenang, hindari nikotin dan kafein
  • Jika efek kurang efektif setelah beberapa minggu, konsultasikan ke dokter, jangan menaikan dosis
  • Penghentian obat secara bertahap, jangan mendadak (menghindari reaksi putus obat)
  • Dapat menyebabkan kantuk di siang hari, hindari nyetir, bekerja yang berisiko tinggi kecelakaan
  • Hindari alkohol dan depresan SSP lainya
  • Anjurkan lapor ke dokter jika berencana hamil atau mencurigai kehamilan
Evaluasi
  • Efektivitas obat ditunjukan dengan:
  • Perbaikan tidur
  • Berkurangnya tingkat kecemasan
  • Terkendalinya kejang
  • Berkurangnya spasme otot
  • Berkurangnya tremor
  • Mempunyai ide yang lebih rasional

Apa Itu Psikotropika
  • Psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman
  • Psikotropika adalah obat simptomatik, karena patofisiologi penyakit jiwa belum jelas
  • ECT (Elektro Convulsive Therapy) → masih digunakan untuk terapi depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri
Penggolongan Psikotropika
1. Anti Psikosis = neuroleptik = major tranquilizer
2. Anti Ansietas = anti neurosis = minor tranquilizer
3. Anti Depresi
4. Psikotogenik = psikotomimetik = psikodisleptik = halusinogenik

Anti Psikosis
Ciri neuroleptik:
1. Efek antipsikosis à mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, labilitas emosional pada pasien psikosis
2. Dosis besar tidak menyebabkan koma atau anestesi
3. Dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal (reversibel/ireversibel)
4. Tidak menimbulkan ketergantungan fisik atau psikis

Menghambat reseptor dopamin di otak
Efek perifer → antikolinergik dan blok sdrenergik alfa

Kontraindikasi
  • Hipersensitivitas
  • Glaukoma sudut sempit
  • Depresi SSP
Interaksi
  • Hipotensi digunakan bersam alkohol, antihipertensi dan nitrat
  • Antasida dapat menurunkan absorpsi
  • Fenobarbital menurunkan efektivitas
  • Depresi tambahan jka digunakan bersama: alkohol, antihistamin, antidepresan, analgesik opioid, sedatif/hipnotik
Penggolongan Anti Psikosis
1. Derivat Fenotiazin
– Senyawa Dimetil Amino Propil (Klorpromazin, Promazin, Triflupromazin)
– Senyawa Piperidil (Mepazin, Tioridazin)
– Senyawa Piperazin (Asetofenazin, Karfenazin, Flufenazin, Perfenazin, Proklorperazin, Trifluoperazin tiopropazat)
2. Non Fenotiazin (Klorprotiksan)
3. Butirofenon (Haloperidol)

Anti Ansietas
  • Untuk pengobatan simptomatis penyakit psikoneurosis dan terapi penyakit somatik akibat kecemasan
  • Dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis
  • Mempunyai efek sedatif
  • Golongan Benzodiazepin: Klordiazeposid, Diazepam, Klorazepat, Lorazepam, Prazepam, Alprazolam, Halozepam.

Benzodiazepin
  • Efek hipnotis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik, antikonvulsi
  • Peningkatkan dosis menyebabkan sedasi → hipnotis → stupor
  • Efek pada pernafasan dan kardiovaskuler ringan
  • Efek samping: light headedness, lassitude, lambat bereaksi, inkooordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental, berpikir, psikomotor
  • Dosis: Diazepam 5 -10 mg
Anti Depresi
  • Antidepresi adalah obat untuk mengatasi depresi mental, juga digunakan untuk: kecemasan, enuresis, sindrom nyeri kronis
  • Perbaikan depresi ditandai dengan: perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang lebih baik dan berkurangnya pikiran morbid
Cara Kerja
  • Penghambat Mono Amin Oksidase (MAO) digunakan sebagai antidepresi sejak 1980
  • Hambatan MAO → kadar epinefrin, norepinefrin dan 5-HT (5 hidroksi triptamin) dalam otak naik → penderita menjadi aktif dan mau bicara
  • Hipertensi dan hipotensi keduanya bisa terjadi, hipertensi akibat katekolamin, hipotensi akibat terhambatnya terlepasnya norepinefrin dari ujung saraf
Contoh Anti Depresi
  • Antidepresan trisiklik: amitriptilin, amoksapin, doksepin, imipramin, nortriptilin
  • Antidrepesan lain: bupropion, fluoksetin, maprotilin, paroksetin, setralin, trazodon
  • Inhibitor MAO: isokarboksazid, fenelzin, tranilsipromin
Psikotogenik
  • Psikotogenik: obat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir dan perubahan alam perasaan, jadi dapat menimbulkan psikosis (psikotomimetik atau halusinogenik)
  • Contoh: meskapin dan dietil asam lisergat (LSD-25)
Referensi
  • Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  • Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  • Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

OBAT GINJAL (DIURETIK)

THE BANG'ZT


Apa Itu Diuretik
  • Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine
Penggolongan Diuretik:
  1. Diuretik Osmotik
  2. Penghambat transport elektrolit di tubuli ginjal
  3. Penghambat karbonik anhidrase
  4. Benzotiadiazid
  5. Diuretik hemat kalium
  6. Diuretik kuat
Diuretik Osmotik
  • Diuretik osmotik → meningkatkan osmaliritas plasma dan cairan dalam tubulus ginjal → Na, Cl, K, air diekresikan
Indikasi:
  • Payah ginjal, menurunkan tekanan intra kranial (edema otak), menurunkan tekanan intraokuler (glaukoma)Sediaan: manitol, urea
Indikasi:
  • Oliguria akut akibat syok hipovolemik
  • Reaksi transfusi
  • Profilaksis GGA
  • Menurunkan tekanan/volume intraokuler/ cairan cerbrospinal
Sediaan:
  • Manitol: 5-25% iv → 1,5-2 g/Kg BB
  • Urea: 30% dalam D5 → 1-1,5 g/Kg BB
  • Gliserin 50%/75% → 1-1,5g/Kg BB
  • Isosorbid → 1-3 g/Kg BB

Cara Kerja Diuretik
Diuretik osmotik:
  • Tubuli proksimal → penghambatan reabsorbsi Na dan air melalui daya osmotiknya
  • Ansa Henle → penghambatan reabsorbsi Na dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun
  • Ductus koligentis → penghambatan reabsorbsi Na dan air akibat adanya papilary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi atau adanya faktor lain Penghambat enzim karbonik anhidrase: (H + HCO3 → H2CO3)
  • Peningkatan pengeluaran Na, K dan bikarbonat Diuretik hemat kalium:
  • Mengganggu pompa Na-K yang dikontrol ADH (Na ditahan, K diekresi) → K direabsorpsi, Na diekskresiTiazid:
  • Hulu tubuli distal → penghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida Diuretik kuat:
  • Ansa Henle bagian ascenden pada bagian dengan epitel tebal → penghambatan terhadap transport elektrolit Na, K, Cl Penghambat Karbonik Anhidrase
  • Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis C02 + H2O → H2CO3
  • Contoh penghambat karbonik anhidrase adalah: Asetazolamid
  • Asetazolamid → menghambat enzim KA → Sekresi H+ oleh tubuli berkurang → meningkatnya ekskresi bikarbonat, Na dan K melalui urine → meningkatnya sekresi elektrolit → meningkatkan ekskresi air
  • Asetazolamid → menghambat pembentukan cairan bola mata → dapat digunakan untuk glaukoma
  • Asetazolamid → dapat digunakan untuk mengobati epilepsi (efek asidosis)
  • Mudah diserap saluran cerna, dosis optimum 2 jam
  • Intoksikasi jarang terjadi
  • Asetazolamid → mempermudah terjadinya batu ginjal
  • Efek merugikan: demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal, disorientasi mental
  • Asetazolamid → sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil
  • Indikasi: glaukoma, acute mountain sicknessSediaan:
  • Asetazolamid: tablet 125 mg dan 250 mg, dosis 250 – 500 mg per hari
  • Diklorofenamid: Tablet 50 mg Benzotiadiazide
  • Benzotiadiazide atau Tiazid → efek utamanya meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air
  • Efek diatas disebabkan penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal
  • Menurunkan TD → efek diuresis dan vasodilatasi
  • Pada Diabetes insipidus → menurunkan diuresis (mekanisme belum jelas)
  • Efek pada ginjal → mengurangi kecepatan filtrasi glomerulus
  • Efek kaliuresis → akibat bertambahnya natriuresis
  • Tiazid berfungsi menghambat ekskresi asam urat → (1) meningkatkan reabsorbsi asam urat di tubuli proksimal; (2) menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli
  • Absorbsi di saluran cerna baik, distribusi ke seluruh ekstrasel, dapat melewati sawar uri, ditimbun di jaringan ginjal saja
Efek samping:
  • Intoksikasi jarang terjadi
  • Reaksi alergi (karena penyakitnya sendiri): purpura, dermatitis, fotosensitive dan kelainan darah
  • Kadar Na, K, Cl diperiksa berkala
  • Memperberat insufisiensi ginjal
Indikasi:
  • Payah jantung ringan – sedang
  • Pada pengobatan digitalis kombinasi dengan diuretik hemat K → mencegah hipokalemi dan intoksikasi digitalis
  • Hipertensi
  • Diabetes insipidus
Sediaan dan Dosis Tiazid



Diuretik Hemat Kalium
Yang termasuk diuretik hemat kalium:
  • Antagonis aldosteron
  • Triamteren
  • Amilorid
Antagonis Aldosteron
  • Aldosteron atau mineralokortikoid → memperbesar reabsorbsi Na dan Cl di tubuli serta memperbesar ekskresi K
  • Mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambatan kompetitif terhadap aldosteron
  • Penyerapan di saluran cerna 70%
  • Efek toksik: hiperkalemia
  • Efek samping ginekomasti, efek androgen, gejala saluran cerna
  • Indikasi: hipertensi, udem, digunakan bersama diuretik lain untuk mengurangi efek hipokalemi
  • Sediaan dan dosis:
  • Tablet 25, 50, 100 mg
  • Dosis dewasa: 25 – 100 mg
  • Kombinasi tetap: spironolakton 25 mg dan HCT 25 mg atau spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg
TRIAMTEREN DAN AMILORID
  • Efek: memperbesar ekskresi Na dan Cl, ekskresi K berkurang, ekskresi bikarbonat tetap
  • Absorbsi melalui saluran cerna baik
  • Efek toksik: hiperkalemia
  • Efek samping: mual, muntah, kejang kaki, pusing
  • Indikasi: udema
Sediaan dan dosis:
  • Triamteren; kapsul 100 mg, dosis: 100 – 300 sehari
  • Amilorid: Tablet 5 mg, dosis: 5 – 10 mg
  • Kombinasi tetap: amilorid 5 mg dengan HCT 50 mg dalam bentuk tablet dosis 1 – 2 tablet sehari
Diuretik Kuat
  • Yang termasuk diuretik kuat: asam etakrinat, furosemid, bumetanid
  • Mudah diserap dalam saluran cerna
Efek samping:
  • Reaksi toksik → gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
  • Nefritis interstitialis alergik (akibat furosemid dan tiazide) → gagal ginjal reversibel
  • Asam etakrinat → ketulian
  • Penggunaan klinik: udema akibat gangguan jantung, hati dan ginjal
Sediaan dan dosis:
  • Asam etakrinat: tab 25, 50 mg, dosis: 50 – 200 mg per hari
  • Furosemid: tab 20, 40, 80 mg, dosis: < 600 mg per hari
  • Bumetanide: tab 0,5 dan 1 mg, dosis: 0,5 – 2 mg sehari
Indikasi Diuretik
  • Udem paru → diuresis cepat (furosemid atau asam etakrinat)
  • Udem → semua diuretik
  • Hipertensi → HCT lebih baik
  • Diabetes insipidus → HCT
  • Batu ginjal → HCT
  • Hiperkalsemia → Furosemid
Efek Samping Diuretik
  • Hipokalemia: tiazid, furosemid
  • Hiperuresemia: semua diuretik
  • Gangguan toleransi glukose dan diabetes: tiazid dan furosemid
  • Hiperkalsemia: tiazid
  • Hiperkalemia: diuretik hemat kalium
  • Sindrome udem idiopatik: diuresis kuat
  • Volume deplesion: diuretik kuat
  • Hiponatremia: furosemid
ADH (Anti Diuretik Hormon)
  • ADH: anti diuretik hormon = vasopresin
  • Tempat kerja ADH di ductus koligen → meningkatkan permiabilitas membran thd air
  • Efek kardiovaskuler: vasokonstriksi
  • ADH per oral tidak efektif → dirusak oleh tripsin → diberikan iv, im, sk
  • Efek samping: vasokonstriksi, hipertensi, kulit pucat, peristaltik usus meningkat
  • Penggunaan klinik: diabetes insipidus
Sediaan dan dosis:
  • Vasopresin=Pitresin → suntikan 20U/ml dalam ampul 0,5 dan 1 ml (im dan sk)
  • Vasopresin tanat: 5U/ml (im)
  • Bubuk hipofisis posterior: insuflasi hidung
  • Lipresin: semprot hidung 50 U/ml
  • Desmopresin acetat: lar 0,1 mg/ml dalm botol 2,5 ml (intranasal) Benzotidiazid
  • Klorotiazid dan tiazid telah diketahui dapat digunakan untuk diabetes insipidus
  • Mekanisme belum jelas
  • Penggunaan klinik: dibanding ADH, benzotiazid kurang efektif untuk diabetes insipidus → berguna bagi penderita yang alergi terhadap ADH
  • Dosis: klorotiazid: 1 – 1,5 g/hr, hidroklorotiazid 50 – 150 mg/hari
  • Penghambat Sintesis Prostaglandin
  • Indometasin → efektif untuk diabetes insipidus nefrogen
  • Cara kerja belum jelas
  • Ibuprofen kurang efektif dibanding indometasin
DIURETIK (HCT/Furosemid)

Farmakodinamik:
  • Absorpsi: GI: H cepat, F 65-75%
  • Distribusi: PP: H: 65%, F: 95%
  • Metabolisme: t ½ : H: 6-15 jam, F: 30-50 menit
  • Eliminasi: ginjal
Farmakodinamik:
  • H: PO: M: <2jam, P: 3-6jam, L: 6-12jam
  • F: PO: M: < 1jam, P: 1-2 jam, L: 6-8jam
  • IV: M: 5 menit, P: 20-30 menit, L: 2jam
Efek terapeutik:
  • Menurunkan volume darah dan menambah ekskresi Na, sehingga menurunkan tekanan darah
Efek samping:
  • Pusing, vertigo, sakit kepala, mual, muntah, diare
Reaksi merugikan:
  • Dehidrasi berat, hipotensi nyata, trombositopenia, agranulositosis
Kontraindikasi:
  • Payah ginjal, penurunan elektrolit
PROSES KEPERAWATAN DIURETIK

Pengkajian Perencanaan
Pengkajian:
  • Kaji tanda vital, elektrolit serum
  • Periksa edema pitting
  • Periksa bunyi nafas (cairan paru)
Perencanaan:
  • Edema tungkai hilang 1 minggu
  • Hasil lab elektrolit normal (penggantian K mungkin diperlukan)
Intervensi Keperawatan
  • Pantau tanda vital (TD, denyut jantung) → syock
  • Panatau BB klien
  • Pantau volume urine
  • Pantau hasil lab (elektrolit serum, gula, asam urat, BUN (blood urea nitrogen)
  • Periksa tanda: hipokalemia (lemah otot, BU ↓, aritmia, bingung)
Penyuluhan
  • Pertahankan nutrisi, kurangi garam, tingkatkan makanan kaya K (pisang, kacang, daging, ikan)
  • Pantau klien minum digoksin dan HCT → keracunan digitalis (bradikardi)
  • Panatau klien DM dengan HCT → hipoglikemia
  • Pelan2 bangun dari tidur ke berdiri
Referensi
  1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

OBAT KARDIOVASKULER

THE BANG'ZT

  • Obat kardiovaskuler: adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan pembuluh darah
  • Obat kardiovaskuler dibedakan:
  1. Obat Antiangina
  2. Obat Antiaritmia
  3. Obat Glikosida
  4. Obat Antihipertensi
Anti Angina
  • Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak seimbangan antara permintaan (demand) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian jantung
  • Penyebab angina:
  • Kebutuhan O2 meningkat → exercise berlebihan
  • Penyediaan O2 menurun → sumbatan vaskuler
Cara kerja Antiangina:
  • Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan kerjanya. (penyekat reseptor beta)
  • Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah (vasodilator)
  • Kombinasi keduanya
Obat Antiangina:
  1. Nitrat organik
  2. Beta bloker
  3. Calsium antagonis
Farmakodinamik
Khasiat farmakologik:
  • Dilatasi pembuluh darah → dapat menyebabkan hipotensi → sinkop
  • Relaksasi otot polos → nitrat organik membentuk NO → menstimulasi guanilat siklase → kadar siklik-GMP meningkat → relaksasi otot polos (vasodilatasi)
  • Menghilangkan nyeri dada → bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena menurunya kerja jantung
  • Pada doSis tinggi dan pemberian cepat → venodilatasi dan dilatasi arteriole perifer → tekanan sistol dan diastol menurun , curah jantung menurun dan frekuensi jantung meningkat (takikardi)
  • Efek hipotensi terutama pada posisi berdiri → karena semakin banyak darah yang menggumpul di vena → curah darah jantung menurun
  • Menurunya kerja jantung akibat efek dilatasi pembuluh darah sistemik → penurunan aliran darah balik ke jantung
  • Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos: bronkus, saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas → tidak digunakan di klinik
Farmakokinetik
  • Metabolisme nitrat organik terjadi di hati
  • Kadar puncak 4 menit setelah pemberian sublingual
  • Ekskresi sebagian besar lewat ginjal
Sediaan dan Posologi
  • Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat 30%: 2,5 – 10 mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 – 0,6 mg
  • Untuk pencegahan digunakan sediaan per oral: kadar puncak 60 – 90 menit, lama kerja 3 – 6 jam
  • Par enteral (IV) baik digunakan untuk vasospasme koroner dan angina pectoris tidak stabil, angina akut dan gagal jantung kongestif
  • Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja 4 – 8 jam Sediaan Nitrat kerja singkat (serangan akut)
  • Sediaan sublingual (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat)
  • Amil nitrit inhalasi
Nitrat kerja lama:
  • Sediaan oral (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat, penta eritritol tetranitrat)
  • Nitrogliserin topikal (salep 2%, transdermal)
  • Nitrogliserin transmucosal/buccal
  • Nitrogliserin invus intravena
Efek Samping
  • Efek samping: sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia
Indikasi:
  1. Angina pectoris
  2. Gagal jantung kongestif
  3. Infark jantung
Beta Blocker
  • Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak mempengaruhi reseptor alfa
  • Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin → frekuensi denyut jantung menurun
  • Beta bloker → meningkatkan supply O2 miokard → perfusi subendokard meningkat
Farmakodinamik
  • Beta bloker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi endogen maupun obat adrenergik eksogen
  • Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2
  • Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan labetolol mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) → efek anastesik lokal

  • Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
  • Menurunkan tekanan darah
  • Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik
  • Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
  • Efek bronkospasme (hati2 pada asma)
  • Menghambat glikogenolisis di hati
  • Menghambat aktivasi enzim lipase
  • Menghambat sekresi renin → antihipertensi
Farmakokinetik
  • Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan metoprolol) diabsorbsi baik (90%)
  • Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya
  • Sediaan
  • Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol
  • Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol, alprenolol
Contoh Obat Beta Blocker:
  1. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
  2. Alprenolol: tab 50 mg
  3. Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg
  4. Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg
  5. Bisoprolol: tab 5 mg
  6. Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg
  7. Pindolol: tab 5 dan 10 mg
  8. Nadolol: tab 40 dan 80 mg
  9. Atenolol: tab 50 dan 100 mg
Efek Samping
  • Akibat efek farmakologisnya: bradikardi, blok AV, gagal jantung, bronkospasme
  • Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi
  • Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi
  • Alergi; rash, demam dan purpura
Dosis lebih: hipotensi, bradikardi, kejang, depresi

Indikasi Dan Kontraindikasi
  • Indikasi: angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat tumor), tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas
  • Kontra indikasi: Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus (hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung

Calsium Antagonis
  • Nama lain Ca antagonis = Calcium entry blocker = Calcium channel blocker
  • Macam:
  • Dihidropiridin: nifedipin, nikardipin, felodipin, amlodipin
  • Difenilalkilamin: verapamil, galopamil, tiapamil
  • Benzotizepin: diltiazem
  • Piperazin: sinarizin, flunarizin
  • Lain-lain: prenilamin, perheksilin

Farmakodinamik
  • Ion ca diperlukan untuk kontraaksi otot polos dan jantung
  • Ca antagonis → menghambat masuknya Ca kedalam membran sel (sarkolema) → kontraksi menurun
  • Mekanisme antiangina:
  • Vasodilatasi perifer
  • Pengurangan kontraktilitas miokard
  • Penurunan frekuensi jantung
Farmakokinetik
  • Nifedipin, verapamil dan diltiazem mudah larut dalam lemak  mudah diabsorbsi pada pemberian po dan sublingual
Dosis:
  • Nifedipin (3x10-20mg),
  • Verapamil (3x80-120mg) dan
  • Diltiazem (3-4x60mg)
Efek Samping
  • Nyeri kepala berdenyut
  • Muka merah
  • Pusing
  • Edema perifer
  • Hipotensi
  • Takikardia
  • Kelemahan otot
  • Mual
  • Konstipasi
  • Gagal jantung
  • Syok kardiogenik
Glikosida Jantung
  • Digitalis berasal dari daun Digitalis purpurea
  • Digitalis adalah obat yang meningkatkan kontraksi miokardium
  • Digitalis mempermudah masuknya Ca dari tempat penyimpananya di sarcolema kedalam sel →digitalis mempermudah kontraksi
  • Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-ase → ion K didalam sel menurun → aritmia (diperberat jika dikombinasi dengan HCT)
Farmakodinamik
  • Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi
  • Mekanisme kerjanya:
  • Menghambat enzim Na, K ATP-ase
  • Mempercepat masukanya Ca kedalam sel
  • Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema, meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
  • Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat suntukan (iritasi jaringan)
Farmakokinetik
  • Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta pengosongan lambung
  • Distribusi glikosida lambat
  • Eliminasi melalui ginjal
Intoksikasi
  • Keracunan biasanya terjadi karena:
  • Pemberian dosis yang terlalu cepat
  • Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar
  • Adanya predisposisi keracunan
Dosis berlebihan
  • Gejala: sinus bradikardi, blokade SA node, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel, gangguan neurologik (sakit kepala, letih, lesu, pusing, kelemahan otot), penglihatan kabur
Sediaan
  • Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg
  • Digoksin 0,25 mg
  • Beta-metildigoksin 0,1 mg

Anti Hipertensi
  • Obat yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah
Obat Antihipertensi dibedakan:
  1. Diuretik
  2. Beta bloker
  3. Alfa bloker
  4. Ca antagonist
  5. Penghambat ACE
  6. Penghambat saraf sentral
  7. Vasodilator

Klasifikasi HT



Tahapan Terapi HT
  • Modifikasi pola hidup:
  • Penurunan BB
  • Aktivitas fisik teratur
  • Pembatasan garam dan alkohol
  • Berhenti merokok
Pilihan antihipertensi
  • Diuretik atau beta bloker
  • Penghambat ACE, antagonis Ca, alfa bloker, alfa,beta bloker

Diuretik
  • Cara kerja: meningkatkan ekskresi Na, Cl dan air → mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel → tekanan turun
  • Efek samping: hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperuresemia, hiperkalsemia, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia → mengurangi efek dengan dosis rendah dan pengaturan diet
  • Diuretik tiazid: Hidroklorotiazid, Klortalidon, Bendroflumetiazid, Indapamid, Xipamid
  • Diuretik kuat: furosemid
  • Diuretik hemat kalium: Amilorid, Spironolakton
Beta Blocker

Cara kerja:
  • Pengurangan denyut jantung dan kontraktilitas miokard → curah jantung berkurang
  • Hambatan pelepasan NE (nor epineprin) melalui hambatan reseptor beta-2
  • Hambatan sekresi renin melalui hambatan reseptor beta-1 di ginjal
  • Efek sentral

Alfa Blocker
  • Alfa-1 bloker menghambat reseptor alfa-1 di pembuluh darah terhadap efek vasokontriksi NE dan E → terjadi dilatasi arteriole dan vena → tekanan turun
  • Efek NE di jantung tidak dihambat → kontraksi jantung meningkat → alfa bloker yang non selektif tidak efektif sbg AH
  • Efek samping: hipotensi ortostatik (pada dosis awal besar), sakit kepala, palpitasi, rasa lelah, udem perifer, hidung tersumbat, nausea
Contoh:
  • Doxazosin
  • Prazosin
  • Terazosin
  • Bunazosin
Alfa beta bloker: Labetalol

Penghambat ACE
  • Mengurangi pembentukan A2 (angiotensin2) → vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron → ekskresi natrium dan air serta retensi K → penurunan TD
  • Efek samping: batuk kering, rash, gangguan pengecap (disgeusia), GGA, hiperkalemia

Contoh Penghambat ACE
  1. Kaptopril
  2. Lisinopril
  3. Enalapril
  4. Benazepril
  5. Delapril
  6. Fosinopril
  7. Kinapril
  8. Perindopril
  9. Ramipril
  10. Silazapril
Calsium Antagonis
  • Ca antagonis → menghambat masuknya Ca kedalam membran sel (sarkolema) → kontraksi menurun → TD menurun
  • Gol dihidropiridin (nifedipin, nikardipin, isradipin, felodipin, amlodipin): bersifat vaskuloselektif → (1) tidak ada efek pd nodus AV dan SA, (2) menurunkan resistensi perifer tanpa depresi fungsi jantung, (3) relatif aman dlm kombinasi dng beta bloker
  • Efek samping: hipotensi berlebihan, takikardi, palpitasi, sakit kepala, pusing, muka merah

Adrenolitik Sentral
  • Adrenolitik sentral (alfa-2 agonis): Metildopa, Klonidin, Guanfasin
  • Klonidin, metildopa, guanfasin, guanabenzin adalah obat AH yang bekerja menghambat perangsangan neuron adrenergik di SSP → denyut jantung lambat → TD turun
Efek samping:
  • Klonidin: mulut kering, sedasi
  • Metildopa: mulut kering, sedasi, hipotensi postural, pusing, sakit kepala
Penghambat Saraf Adrenergik
  • Penghambat saraf adrenergik: Reserpin, Rauwolfia (akar), Guanetidin, guanadrel
  • Reserpin dan Alkaloid Rauwolfia →mengurangi resistensi perifer, denyut jantung dan curah jantung → TD turun
  • Efek samping: bradikardi, mulut kering, diare, mual, muntah, anoreksia, bertambahnya nafsu makan, hiperasiditas lambung, mimpi buruk, depresi mental, disfungsi seksual

Vasodilator
  • Vasodilator: Hidralazin, Minoksidil, Diazoksid, Na Nitroprusid
  • Merelaksasi otot polos → vasodilatasi → TD turun
  • Hidralazin menurunkan TD diastol > TD sistol dengan menurunkan resistensi perifer → lebih selektif mendilatasi arteriole daripada vena → hipotensi postural jarang terjadi
  • Efek samping: retensi Na dan air, sakit kepala, takikardi
Referensi
  1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

ANALGETIK ANTIPIRETIK NON NARKOTIK 2

THE BANG'ZT

Antipiretik
  • Penggunaan umum: menurunkan demam (infeksi, inflamasi dan neoplasma)
Kerja obat dan informasi umum:
  • Mempengaruhi Termostat hipotalamus
  • Menghambat kerja prostaglandin
  • Kontra indikasi: hindari pemakaian aspirin atau ibuprofen pada pasien gangguan perdarahan (juga pada anak dan remaja)

  • Perhatian: hati2 penggunaan aspirin atau ibuprofen pada penderita ulkus peptikum
  • Interaksi:
  • Aspirin dosis berat menggeser obat lain yang berikatan dengan protein
  • Iritasi GI tambahan dengan: ibuprofen, aspirin, anti inflamasi non steroid, glukokortikoid
  • Aspirin atau ibuprofen meningkatkan risiko perdarahan bila digunakan bersama obat hemostasis (antikoagulan, trombolitik, antineoplastik, antiinfeksi)

Implikasi keperawatan:
  • kaji demam, catat gejala penyerta (diforesis, takikardia, malaise)
  • Diagnosis keperawatan potensial:
  • Risti gangguan suhu tubuh (indikasi)
  • Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan px/kel)
Implementasi:
  • Pemberian bersama makan atau antasid dapat meminimalkan iritasi GI (aspirin dan ibuprofen)
  • Sediaan oral, rektal atau kombinasi dng obat lain

Penyuluhan Penderita / Keluarga:
  • Anjurkan penderita konsultasi dng dokter bila demam tidak berkurang atau demam > 39,5oC atau demam lebih dari 3 hari
  • Hati2 pemberian aspirin pada anak atau remaja terutama penyakit virus (varisela, influenza) → Sindrome Reye (muntah, letih, delirium dan koma)
  • Evaluasi: efektivitas terapi ditunjukan dengan penurunan demam

Parasetamol

Farmakokinetik:
  • Absorpsi: PO: diserap dengan baik
  • Distribusi: luas, menembus plasenta, ASI
  • Metabolisme: 85-95% di hati, metabolik bersifat toksik pada overdosis, t ½ : 1 – 4 jam
  • Eliminasi: ginjal
Kerja obat:
  • Menghambat sintesis prostaglandin (sebagai mediator nyeri dan demam)

Efek terapeutik:
  • Analgesik (inhibisi prostaglandin perifer)
  • Antipiretik (mengatur setting termostat)
  • Inhibisi prostaglandin di SSP
  • Tidak memiliki antiinflamasi yg signifikan
  • Indikasi: nyeri ringan sampai sedang, demam
Kontraindikasi:
  • Hipersensitivitas
  • Hati2: penyakit hati, ginjal, pencandu alkohol, malnutrisi, kehamilan dan laktasi

Efek samping:
  • Nekrotik hepatis, ruam dan urtikaria
Interaksi:
  • Penggunaan bersama antipsikotik fenotiazin → menyebabkan hipotermia berat
  • Penggunaan bersama alkohol, fenobarbital → hepatotoksik
  • Dosis: 325 – 1000 mg setiap 6 jam

IMPLIKASI KEPERAWATAN ANTIPIRETIK

Pengkajian
  • Kaji status gizi (malnutrisi), pencandu alkohol → risiko hepatotoksik
  • Nyeri: kaji jenis, lokasi dan intensitas nyeri sebelum dan 30-60 menit setelah pemberian
  • Demam: kaji adanya tanda penyerta: diaforesis, takikardia dan malaise
  • Test: fungsi hati dan ginjal, hematopoitik

Penyuluhan
  • Minum obat tidak boleh dosis lebih dan lama →hepatotoksik (dewasa mak 10 hari, anak mak 5 hari)
  • Hubungi dokter jika ada rasa tidak nyaman, demam tidak berkurang, demam >39,5 oC atau setelah >3 hari
  • Evaluasi efektivitas terapi: berkurangnya demam, berkurang rasa tidak nyaman ringan - sedang

ANALGETIK

Asetosal

Farmakokinetik:
  • PO: cepat diabsorpsi, rectal tidak tentu
  • Distribusi: PP 20 – 50%
  • Metabolisme: t ½ : 1 – 3,5 jam
  • Eliminasi: ginjal, diekskresi sebagai metabolit
Farmakodinamik:
  • P: 1 – 2 jam (kadar puncak)
  • L: 3 – 5 jam (lama kerja)

  • Efek terapeutik: analgesik dan antipiretik
  • Efek samping: anoreksia, muntah, diaforesis
  • Reaksi yang merugikan: hipoglikemia berat, perdarahan, oliguria, anemia hemolitik, lekopenia
  • Dosis: 325 – 650 mg (4x sehari)

PROSES KEPERAWATAN ANALGETIK NON NARKOTIK

Pengkajian
  • Tentukan apakah ada riwayat: rasa tidak enak di lambung, perdarahan lambung atau penyakit hati (aspirin dan ibuprofen dapat menimbulkan iritasi lambung)
  • Pemakaian asetaminofen dosis tinggi jangka lama dapat menyebabkan hepatotoksisitas

Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
  • Perencanaan: nyeri klien akan reda dalam waktu 24 – 48 jam
  • Intervensi:
  • Amati klien thd tanda dan gejala: perdarahan (melena, petekie, ekimosis) ketika klien memakai dosis besar
  • Atas ijin dokter, hentikan aspirin 3 – 7 hari sebelum pembedahan untuk mengurangi risiko perdarahan

Penyuluhan pada Klien
  • Beritahu klien untuk menjaga obat aspirin dari jangkauan anak2 (dapat menimbulkan toksik)
  • Nasehatkan untuk tidak memakai aspirin bersama dengan alkohol, dan antikoagulan (warfarin) → aspirin mengambil alih warfarin dari ikatan protein → banyak warfarin bebas → masa perdarahan memanjang → dapat terjadi perdarahan
  • Ajari klien untuk minum aspirin bersama makan

  • Beritahu orangtua untuk segera membawa anak yang minum asetosal dengan dosis besar ke UGD
  • Beritahu klien untuk tidak memberikan aspirin pada anak sakit virus → dapat menyebabkan Sindrome Reye (muntah, letih, delirium dan koma)
  • Beritahu orangtua untuk mengobati anak dengan aspirin sesuai dosis

  • Beritahu klien melaporkan: rasa mengantuk, tinitus, sakit kepala, flushing, pusing, perubahan penglihatan → ini merupakan tanda toksisitas aspirin
  • Beritahu klien melaporkan: tanda alergi (ruam, biduran, gatal)
  • Nasehatkan klien untuk memeriksa label obat bebas, karena beberapa mungkin mengandung aspirin

Evaluasi
  • Evaluasi efektivitas: meredakan nyeri
  • Jika nyeri menetap → mungkin perlu dilakukan penggantian NSAID atau penyesuaian dosis
  • Tentukan jika klien mengalami efek samping → mungkin perlu penggantian obat atau perubahan dosis

Anti Inflamasi
  • Antiinflamasi: proses peradangan sebagai respon terhadap cedera jaringan dan infeksi
  • Cedera jaringan menyebabkan: pelepasan mediator kimia (histamin, kinin, prostaglandin) → mediator tsb menyebabkan;
  • Vasodilatsi (eritema)
  • Permeabilitas meningkat (edema)
  • Nyeri (akibat edem)
  • Demam (akibat pirogen)

  • Prostaglandin: menyebabkan vasodilatasi, relaksasi otot polos, meningkatkan permiabilitas kapiler, sensitisasi saraf thd nyeri
  • Obat anti prostaglandin (aspirin) bekerja menghambat prostaglandin → karena itu disebut obat antiinflamasi

Ibuprofen

Farmakokinetik:
  • Absorpsi: PO: diserap dengan baik
  • Distribusi: PP: 98%
  • Metabolisme: t ½ : 2 – 4 jam
  • Eliminasi: ginjal sebagi metabolit inaktif

Farmakodinamik:
  • PO: mula: 30 menit
  • P: 1 – 2 jam
  • L: 4 – 6 jam

Efek terapeutik:
  • Antiinflamasi untuk: artritis rematoid, osteoastritis dan gout
  • Meredakan nyeri: dismenorea, perawatan gigi, nyeri muskuloskeletal
  • Efek samping: anoreksia, mual, muntah, diare, edema, ruam kulit, purpura, tinitus, pusing letih
  • Reaksi merugikan:perdarahan gastrointestinal, diskrasia darah, aritmia jantung, nefrotoksisitas, anafilaksis
  • Kontra indikasi: penyakit hati dan ginjal yang berat, asma, tukak tukak peptik

PROSES KEPERAWATAN NSAID

Pengkajian Perencanaan
  • Tanyakan riwayat alergi termasuk aspirin → bila ada alergi laporkan dokter
  • Kaji klien thd adanya: tidak enak gastrointestinal, edem perifer (keduanya tanda/gejala efek samping NSAID)
  • Perencanaan: proses inflamasi akan mereda dalam waktu 1 – 3 minggu

Intervensi Keperawatan
  • Laporkan gejala:gastrointestinal, nyeri lambung, mual, muntah, atau diare ketika minum obat antigout
  • Rasa tidak enak di lambung dapat dikurangi dengan minum obat bersama makan
  • Pantau urine → asam urat dibuang lewat urine, dpt terbentuk batu ginjal → perlu minum banyak

Penyuluhan Pada Klien
  • Beritahu klien untuk banyak minum → menambah ekskresi asam urat
  • Beritahu klien untuk melaporkan setiap keluhan lambung
  • Anjurkan klien untuk minum obat bersama makan
  • Anjurkan klien untuk kontrol dan pemeriksaan darah teratur → antigout menyebabkan diskrasia darah

Evaluasi
  • Evaluasi respon klien terhadap obat antigout
  • Jika nyeri tetap, regimen obat perlu diubah

Referensi
  1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

ANALGETIK ANTIPIRETIK NON NARKOTIK

ANALGETIK ANTIPIRETIK NON NARKOTIK

THE BANG'ZT

Pengertian

  • Analgesik: anti nyeri
  • Antipiretik: anti demam
  • Obat non narcotik analgetik antipiretik: obat yang dapat menghilangkan/ mengurangi rasa nyeri dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, tanpa mengganggu kesadaran

Cara Kerja
Analgesik:
  • Central (Thalamus) → dengan jalan meningkatkan nilai ambang rasa nyeri
  • Perifer: merubah interpretasi rasa nyeri
  • Antipiretik: melalui termostat di hipotalamus → mempengaruhi pengeluaran panas dengan cara: vasodilatasi perifer dan meningkatkan pengeluaran keringat
  • Anti inflamasi: menghambat sintesa prostaglandin
  • Prostaglandin menimbulkan eritema, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal

Farmakodinamik
  • Efek analgesik: efektif terhadap nyeri intensitas rendah sampai sedang (sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri yang berasal dari integumen, nyeri inflamasi)
  • Efek antipiretik: menurunkan suhu saat demam, (fenil butason dan antirematik tidak dibenarkan sbg antipiretik)
  • Efek anti inflamasi: untuk kelainan muskuloskeletal (artritis rematoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa), hanya simptomatis

Efek samping
  • Induksi tukak lambung, kadang disertai anemia skunder akibat perdarahan saluran cerna
  • Gangguan fungsi trombosit → gangguan biosintesis tromboksan A2 (TXA2) → perpanjangan waktu perdarahan (efek ini dimanfaatkan untuk profilaksin trombo-emboli)
  • Gagal ginjal pada penderita gangguan ginjal → gangguan homeostasis ginjal
  • Reaksi alergi: rinitis vasomotor, edem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkial, hipotensi sampai syok

Klasifikasi non narkotik Analgesik Antipiretik
  1. Salisilat
  2. Asam organik
  3. Para aminofenol
  4. Firazolon
  5. Quinolon
  6. Non Addicting Opioid

Golongan Salisilat
  • Merupakan derivat asam salisilat, berasal dari tumbuhan Willow Bark = Salix alba
  • Efek farmakologi:
  • Anti inflamasi → menghambat sintesa prostaglandin
  • Analgesik → sentral dan perifer
  • Antipiretik → termostat hipotalamus
  • SSP →respirasi (dosis tinggi → depresi pernafasan → respirasi alkalosis → metabolik asidosis, behavior, nausea dan vomiting

Efek farmakologi:
  • Endokrin → ACTH ↑, sintesa protrombin ↓, menghambat agregasi trombosit (blooding time ↑)
  • Farmakokinetik:
  • Reabsorbsi di lambung dan usus,
  • Distribusi ke semua jaringan, dapat menembus plasenta
  • Ekskresi melalui urine

Penggunaan Klinis:
  • Sistemik: analgetik, antipiretik, anti inflamasi, anti gout
  • Lokal: keratolitik, counter iritant
  • Reaksi merugikan:
  • Efek samping: iritasi lambung, alergi
  • Toksisitas: salicylisme, hipertermis, gangguan behavior, respirasi alkalosis

Sediaan:
  • Acetyl Salicylic Acid (aspirin, acetosal)
  • Sodium salisilat
  • Salicylamid
  • Salicylic acid → sebagai topikal
  • Metil salicylat → sebagai topikal

Golongan Asam Organik
  • Dibanding aspirin, kurang efektif (sebagai antiinflamasi, analgesik), toksisitasnya lebih kecil
  • Efek: analgesik, antipiretik, anti inflamasi, iritasi pada lambung, menghambat sintesa protrombin dan agregasi trombosit

Sediaan:
  • Mefenamic acid (Ponstan), Indometacin (Indocin), Ibuprofen (Brufen), Meclofenamat (Meclomen), Fenbufen (Cybufen), Carprofen (Imadil), Diclofenac (Voltaren), Ketoprofen (Profenid)

Golongan Para Amino Fenol

Indikasi:
  • Sebagai analgesik dan antipiretik
  • Jangan digunakan dalam jangka waktu lama → nefropati analgesik
Sediaan;
  • Tablet 500mg
  • Sirup 120mg/5ml
Dosis:
  • Dewasa: 300 – 1g per kali maksimum 4x
  • Anak: 10 mg/kgBB/kali maksimum 4x

Perbedaan dengan salisilat:
  • Kurang atau tidak iritasi terhadap gaster
  • Tidak mempunyai sifat anti inflamasi
  • Tidak mempunyai efek uricosuric
Reaksi merugikan:
  • Alergi: eritem, urtikaria, demam, lesi mukosa
  • Intoksikasi akut: dizzines, excitement, diorientasi, central lobuler necrosis hepar, renal tubuler necrosis, methaemogloninemia, anemia hemolitik

Reaksi merugikan:
  • Intoksikasi kronis: hemolitic anemia, methaemoglobinemia, kelainan ginjal (interatitiel necrosis, papillary necrosis)
Sediaan:
  • Fenasetin
  • Asetaminofen (Parasetamol)

Golongan Pirazolon

Efek farmakologi:
  • Analgesik →meningkatkan nilai ambang rasa nyeri
  • Antipiretik → mempengaruhi termostat
  • Anti inflamasi → efeknya lemah
  • Kurang iritasi lambung → kecuali fenilbutazon
Reaksi merugikan:
  • Agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia, hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarhan lambubg, anuria

Efek merugikan;
  • Fenil butazon, Oksifenbutazon: edema (retensio urina), mulut kering, nausea, vomiting, perdarahan lambung, renal tubuler necrosis, liver necrosis, alergi (dermatitis exfoliative), agranulositosis
  • Kontra indikasi: ulcus pepticum, hipertensi, (karena sifat retensi air dan natrium) dan alergi

  • Fenilbutazon: digunakan untuk mengobati artritis rematoid
  • Efek antiinflamasinya sama kuat dengan salisilat, serta punya efek uricosuric ringan
  • Efek retensi natrium dan klorida menyebabkan edema dan bertambahnya volume plasma  payah jantung
  • Diabsorbsi cepat po → kadar maksimum 2 jam
  • Indikasi: pirai akut, artritia rematoid, gangguan sendi (spondilitis ankilosa, osteoartritis)

Sediaan:
  • Aminopirin (piramidon) dan Antipirin (fenazon) → tidak digunakan lagi (1977) karena toksik → nitrosamin (karsinogenik)
  • Fenilbutazon (butazolidin) dan Oksifenbutazon → karena toksisitasnya (koma, trismus, kejang, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang, proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal, ikterus) digunakan jika obat lain yang lebih aman tidak ada
  • Dipiron (antalgin/novalgin): Tablet 500 mg dan larutan suntik 500 mg/ml

  • Dipiron: hanya digunakan sebagai analgesik antipiretik, antiinflamasinya lemah
  • Keamanan diragunakan, sebaiknya digunakan secara suntikan
Efek samping dan intoksikasi:
  • Agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia (perhatikan penggunaan jangka panjang)
  • Hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarahan lambung dan anuria

AINS lainnya
  • Asam mefenamat dan Meklofenamat → digunakan sebagai analgesik, sebagai anti inflamasi kurang efektif dibanding aspirin, tidak dianjurkan untuk anak, wanita hamil dan pemakaian >7 hari
  • Terikat sangat kuat pada protein plasma → perhatikan interaksi dengan antikoagulan
  • Efek samping: dispepsia, iritasi lambung, diare, alergi(eritem kulit, bronkospasme), anemia hemolitik
  • Dosis: 2-3kali 250-500mg

  • Diklofenak: absorbsi cepat dan lengkap
  • Efek samping: mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala
  • Tidak disarankan pada waktu wanita hamil
  • Dosis dewasa; 100 – 150 mg sehari terbagi 2-3 dosis

  • Ibuprofen → bersifat analgesik, antiinflamasinya tidak kuat, tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui
  • Absorbsi melalui lambung, kadar maksimum 1-2 jam
  • Efek samping: saluran cerna (lebih ringan dibanding aspirin), eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia
  • Dosis: 4 x 400mg

  • Piroksikam: indikasi untuk antiinflamasi sendi (artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa),
  • Efek samping: iritasi lambung, pusing, tinitus, nyeri kepala, eritema kulit,
  • Tidak dianjurkan pada wanita hamil, ulcus peptikum dan terapi antikoagulan
  • Dosis: 10 – 20 mg per hari

Obat Pirai

Ada 2 macam:
  1. Obat yang menghentikan proses inflamasi akut: kolkisin, fenilbutason, oksifenbutason, indometasin
  2. Obat yang mempengaruhi kadar asam urat: probenesid, alopurinol dan sulfinpirazon

Kolkisin
  • Merupakan alkaloid dari bunga leli (Colchicum autumnale)
  • Sifat anti inflamasi-nya spesifik untuk pirai tidak secara umum
  • Tidak meningkatkan: ekskresi, sintesis atau kadar asam urat dalam darah
  • Indikasi: pirai
  • Dosis: 0,5 – 0,6 mg tiap jam sampai gejala akut reda atau gangguan saluran cerna timbul

Alopurinol
  • Menurunkan kadar asam urat
  • Obat ini bekerja menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin → xantin → asam urat
  • Efek samping: reaksi kulit (kemerahan), alergi (demam, menggigil, leukopenia, leukositosis, eosinofilia, artralgia, pruritus)
  • Dosis: 200 – 400 mg sehari

Referensi
  1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC